Siapa Kaya, Siapa Miskin, Renungan dalam sebuah Drama Musikal

Pada tanggal 30 September 2016 kemarin, sha mendapat sebuah undangan dari salah satu follower di twitter dengan akun @GhostHikers. Isi undangannya cukup menarik, yaitu dia mengajak sha untuk menonton sebuah pementasan drama musikal. Sha bukan tipikal yang suka nonton sih, tapi berhubung ini gratis dan sha mendapat tempat duduk yang lumayan dekat dengan panggung, so, why not.

Siapa Kaya, Siapa Miskin - Renungan untuk hati

Yap, kalian tidak salah baca. Judul pementasan ini adalah siapa kaya dan siapa miskin. Pementasa ini berlangsung di Gedung Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta Pusat. Pementasan ini berlangsung selama kurang lebih 3 jam dan jeda selama 15 menit.



Pementasan drama musikal ini merupakan pementasan ke 12 dari d'artbeat. Sebuah lembaga pementasan teater yang dibawahi oleh . Sepanjang pementasan, sha disajikan sebuah pementasan drama, musik dan tari dengan koreografi yang cantik menurut sha.

Lalu, siapa yang kaya dan siapa yang miskin?

Sejak awal babak kita selalu disuguhkan tingkah laku manusia satu sama lain, bagaimana orang kaya menghabiskan uang, bagaimana orang miskin berusaha mencari uang dan sebagainya. Namun sepanjang cerita, sha mendapati satu kenyataan. Apakah kaya hanya bisa dinilai dari apa yang kita pakai, apa yang kita makan dan berada dimana kita?


Jika dilihat dari pakaian, semua orang memakai pakaian yang sama-sama terbuat dari kain. Entah itu kainnya terbuat dari katun atau sutera sekalipun, katun berasal dari tanaman kapas yang ditenun, sutera berasal dari kepompong ulat sutera, yang juga makan tanaman. Asal mulanya dari tanaman juga toh?

Jika dilihat dari apa yang kita makan, semua orang di Indonesia makan nasi, semua orang makan nasi. Walau makannya di restoran mahal sekalipun semuanya tersadi dalam satu wadah yang disebut piring. Untuk minuman pun kita sama-sama meminum cairan (air) bukan berbentuk padatan.

Jika dilihat dari tempat dimana kita tinggal, kita sama-sama tinggal dibangunan yang terbuat dari Bata, Pasir, Semen dan Genting. Tidak terbuat dari papan beratapkan jerami, semuanya memiliki jendela. Perkara menggunakan Air Conditioner atau AC, orang yang tidak menggunakan AC lebih kaya daripada orang yang menggunakan AC dikarenakan tidak perlu sibuk memikirkan tagihan listrik yang besar tiap bulan.

Lalu siapa yang kaya dan siapa yang miskin? Apakah pengemis yang selalu meminta-minta di tepian jalan atau para pemilik perusahaan yang meminta rekan koleganya untuk menggunakan jasa perusahaan tersebut agar selalu mendapat keuntungan? Kita semua sama dimata Tuhan.


Secara keseluruhan, cerita yang disajikan oleh sang produser mampu mengingatkan kita kembali akan makna hakiki Kaya Hati. The best part dari keseluruhan cerita ini adalah ternyata ini kisah nyata.

Posting Komentar

0 Komentar